Mengolah sampah, lebih pantas kata ini dianggap sebagai taruhan. Ibarat suatu rumah jika kebersihan lingkungannya terjaga, maka penghuni rumah dapat dipastikan orang yang memiliki prinsip kedisiplinan. Sebaliknya, jika rumah kotor, tidak terurus, sampah berserakan di mana-mana, kumuh, dan tidak rapih, maka penghuni rumah tidak jauh dari kata urakan.
Begitu pula sebuah desa, kota, bahkan negara. Penyematan kata terdidik salah satunya adalah tidak tersisih dari kebersihan lingkungannya. Adalah sebuah taruhan soal kualitas pendidikan bagi penghuninya, jika lingkungan sekitar tampak seperti pemandangan kapal pecah. Sebab, hal itu mencerminkan kualitas bahkan bukan hanya pendidikannya saja, melainkan pribadi individunya. Karenanya, kebersihan lingkungan dengan mengolah sampah dimulai dari diri pribadi masing-masing.
Berbagai macam cara dalam mengolah sampah dari cara tradisional sampai teknologi. Kami akan berbagi tips mengenai cara bagaimana mengolah sampah dari cara tradisional sampai teknologi. Yuk simak.
Mengolah Sampah Secara Tradisional
Sebelumnya kita perlu tahu bahwa sampah memiliki dua jenis, yakni organik dan anorganik. Sampah organik adalah sampah yang bisa dekomposisi atau pembusukkan, seperti: daun kering, sisa kertas, bangkai hewan, buah busuk, sisa sayuran dan lain sebagainya. Sedangkan sampah anorganik merupakan sampah yang tidak dapat menjadi lapuk atau busuk, seperti: besi, alumunium, plastik, kaleng, dan lain-lain.
Nah, bagaimana mengolah sampah secara tradisional paling tidak agar meminimalisir bau dan penyakit yang diakibatkan dari sampah berserakan. Pertama, membuat parit di tanah sedalam 1 meter. Hal ini bertujuan agar sampah terkumpul dalam satu tempat dan tidak tercecer (Open Dumping). Kedua, membuat selokan aliran air limbah menuju tangki septik yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pastikan tangki septik ini dibedakan dengan galian parit untuk sampah padat. Sebab, tangki septik ini hanya untuk sampah cair.
Ketiga, pembakaran sampah padat yang telah terkumpul pada galian parit. Pembakaran ini dimaksudkan untuk menghancur-leburkan sampah baik organik maupun anorganik. Karena itu, usahakan pembakaran sampai habis tak tersisa. Keempat, mendaur ulang sampah, baik organik maupun anorganik jika diperlukan. Biasanya, hal ini dilakukan oleh muda-mudi kreatif zaman dulu. Kulit jeruk Bali disulap menjadi mobil-mobilan, botol plastik dibuat untuk knalpot racing sepeda ala Indonesia, dahan pohon jambu dibikin mainan ketapel, kardus dirubah menjadi robot-robotan atau asbak, kertas di-make up menjadi kapal-kapalan, dan masih banyak lagi kerajinan tangan dari sampah oleh anak (umumnya) tahun 90-an.
Mengolah Sampah Menggunakan Teknologi
Lambat laun, zaman berubah, teknologi semakin maju. Mengolah sampah dengan teknologi adalah paling efektif. Hal ini disebabkan karena cara tradisional disinyalir kurang mumpuni dalam menangani problem pengolahan sampah. Oleh karenanya, beberapa cendekiawan baik dari kalangan dewasa maupun muda, merancang sistem operasi mutakhir dalam rangka penanggulangan sampah.
Sampah adalah sisa kebutuhan manusia yang setiap hari terus menumpuk dan hampir tak ada solusi untuk menguranginya. Di samping itu, dampak negatif yang diakibatkan dari sampah sangat signifikan bagi masyarakat. Meski begitu, sebagian besar masyarakat, khususnya di Indonesia, seolah tidak mau tahu apa yang sedang dihadapinya.
Beruntunglah ada beberapa saudara kita yang sudah banyak mengupayakan peduli lingkungan hidup dengan mengolah sampah dengan teknologi modern Seperti di Benowo Surabaya, Sukoharjo Pati, Puuwatu Kendari Sulawesi Tenggara, dan lainnya yang sudah memanfaatkan sampah sebagai energi listrik.
Sisi Positif Dan Negatif
Sisi positif mengolah sampah dengan cara tradisional, di antaranya adalah dapat meningkatkan daya kreatifitas anak-anak usia dini, hubungan sosial antar masyarakat terjalin harmonis dan sebagainya. Sedangkan keuntungan dari mengolah sampah menggunakan teknologi adalah pasokan listrik semakin jauh dari kata kekurangan, tidak menimbulkan bau tak sedap seperti cara Open Dumping, tidak terkesan kumuh, dan lain-lain. Tetapi di sisi lain pastilah memiliki dampak negatif masing-masing.
Begitulah kiranya, Mengolah Sampah Dari Cara Tradisional Sampai Teknologi. Semoga bermanfaat.