Kampanye Ramah Sampah untuk mewujudkan kota yang bersih, tak lepas dari peranan penting berbagai pihak. Bukan hanya pemerintah kota saja, namun masyarakat juga berperan penting dalam mendukung program pemerintah kota. Termasuk di dalamnya adalah mahasiswa.
Seperti halnya sejumlah mahasiswa Universitas Diponegoro (UNDIP) di Semarang. Beberapa waktu lalu, tepatnya Minggu (9/11/2017) menggelar kampanye ramah sampah ke pada warga di Kelurahan Sumurbroto, Kecamatan Banyumanik, Semarang.
Para mahasiswa Universitas Diponegoro dari fakultas Public Relation itu mengajak warga setempat, agar lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan, serta upaya mencegah banjir.
Kegiatan mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang dalam menyampakain kampanye rampah sampah disambut hangat oleh warga. Kegiatan tersebut meliputi:
Pembuatan Lubang Biopori
Lubang biopori sering disebut juga lubang resapan. Lubang tersebut dibuat tegak lurus ke dalam tanah dan diisi dengan sampah organik. Lubang biopori biasanya dibuat di tempat terbuka yang akan terkena langsung siraman air hujan. Seperti yang dilakukan para mahasiswa Unversitas Diponegoro Semarang dan sejumlah warga di Kelurahan Sumurbroto. Mereka bersama-sama membuat lubang-lubang biopori di salah satu halaman rumah warga sebagai contoh pembuatan lubang biopori.
Mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang mengajarkan ke pada warga bagaimana membuat lubang biopori. Bahan-bahan dan alat yang diperlukan, antara lain: pipa PVC dan penuntupnya di kedua sisi, bor tanah, linggis, sampah organik, dan air. Sampah-sampah organik itu dimasukan kedalam pipa, kemudian pipa-pipa tersebut ditanam ke dalam tanah, yang sebelumnya telah dilubangi menggunakan bor atau linggis.
Fungsi dari sampah organik adalah selain berubah menjadi pupuk kompos, dan dapat menyuburkan tanah, juga sebagai makanan cacing tanah. Cacing-cacing yang berada di dalam tanah akan membuat jalur berupa lubang-lubang kecil untuk mengambil makanan di dalam pipa. Jalur-jalur cacing tanah itu akan mempermudah air di permukaan tanah cepat meresap ke dalam tanah.
Dengan adanya lubang biopori atau lubang resapan, maka dapat meningkatkan upaya pencegahan terjadinya banjir.
Perlu diingat, lubang biopori harus senantiasa terisi oleh sampah organik. Dengan demikian, adanya lubang-lubang biopori, warga pun dapat mengurangi jumlah sampah organik di rumah mereka, karena digunakan untuk mengisi lubang biopori.
Berkreativitas Membuat Lampion dari Botol Plastik
Botol-botol minuman plastik sering kali dibuang begitu saja setelah isinya habis tak bersisa. Padahal, botol-botol plastik itu bisa didaur ulang dan diubah menjadi sesuatu benda yang bermanfaat.
Cara itulah yang dilakukan para mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang. Mereka mengajak warga di kelurahan Sumurbroto untuk berkreativitas membuat lampion dari botol-botol plastik bekas minuman.
Cara membuat lampion dari botol plastik bekas minuman, sangat mudah dan sederhana.
– Pertama, cuci botol hingga bersih.
– Siapkan peralatan seperti gunting, cutter, cat semprot, fitting lampu, dan botol plastik.
– Buatlah garis-garis selebar kurang lebih 1 sentimeter menggunakan spidol, lalu gunting garis tersebut, dan perhatikan jangan sampai terputus.
– Tekan botol plastik yang sudah digunting hingga menggelembung membentuk lampion.
– Warnai botol plastik menggunakan cat semprot sesuai warna yang diinginkan.
– Tunggu beberapa saat hinga cat mengering, lalu masukan fitting lampu ke dalam lampion.
Mudah, bukan? Dengan memanfaatkan barang-barang tak terpakai, akan mengurangi jumlah sampah di rumah warga.
Kegiatan para mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang di atas, hanya salah satu upaya mahasiswa dalam mendukung program pemerintah Kota Semarang, mewujudkan kota Semarang yang bersih.