Dampak kerusakan lingkunagan khusunya di Semarang membawa sejuta berkah dan terus bersatu dalam menanggulangi bencana alam. Semarang, Ibukota Jawa Tengah, merupakan kota besar . Kepadatan penduduk yang semakin tahun meningkat, menyebabkan segala bentuk aktivitas ikut meningkat. Sayangnya, aktivitas penduduk tidak hanya memberikan dampak yang baik, namun juga memberikan dampak yang buruk. Salah satu dampak buruknya adalah kerusakan lingkungan.
Kurangnya pelestarian lingkungan hidup di Semarang menyebabkan muncul berbagai masalah . Masalah lingkungan , sampai sekarang masih menjadi momok besar yang menghantui kota atlas ini. Berikut 5 dampak kerusakan lingkungan yang terjadi di Semarang
- Air tawar berkurang akibat sebaran air payau yang meluas
Sebagian daerah kota Semarang merupakan kawasan pantai. Seperti yang kita ketahui, karakteristik air laut adalah memiliki kandungan garam yang tinggi. Air laut harus diproses terlebih dahulu agar bisa digunakan. Proses yang dibutuhkan pun sangatlah mahal. Untuk itu, masyarakat pesisir pantai memanfaatkan air sumur untuk melakukan segala aktivitas
Sayangnya, tindakan pemanfaatan air tanah di kawasan pantai dinilai sudah berlebihan. Hal ini menyebabkan masyarakat pesisir mulai kesulitan mendapatkan air tawar untuk memenuhi kebutuhannya. Bayangkan , untuk saat ini pada penggalian sumur sejauh 40 meter, air yang didapatkan masih payau. Air payau ini semakin meluas di daerah Semarang. Pada sumur dangkal, air yang ditemukan mempunyai tingkat salinitas yang tinggi.
Selain itu, kualitas airpun semakin menurun dengan ikut sertanya koloid yang ada pada air sehingga menyebabkan air tak jernih lagi, cenderung berwarna merah kecoklatan. Kekeruhannya menyebabkan air tak layak konsumsi.
- Longsor di daerah perbukitan
Tak hanya berbatasan langsung dengan pantai, kota Lumpia ini juga memiliki cukup banyak daerah perbukitan. Beberapa titik rawan longsor di daerah perbukitan Semarang semakin bertambah. Selain faktor alam berupa hujan lebat dan konstruksi tanah, longsor yang terjadi di Semarang juga diakibatkan oleh ulah manusia.
Pasalnya di beberapa titik , disinyalir ada beberapa penambangan tanah , pasir dan batu yang semakin tak terkendali. Tentunya hal ini akan merusak lingkungan dan menyebabkan pemicu terjadinya longsor semakin besar.
- Banjir di pinggiran sungai
Tak sedikit yang tahu bahwa Semarang merupakan salah satu kota langganan banjir. Sebenarnya banjir di daerah semarang disebabkan karena drainase yang kurang bagus. Selain itu, debit sungai yang semakin meninggi menyebabkan aliran sungai semakin tak terkendali. Sedangkan , kondisi sungai mengalami pendangkalan oleh sedimentasi akibat kerusakan sungai di bagian hulu.
Kenyataannya, penyebab banjir tidak hanya karena tatanan air, perilaku pembuangan sampah di beberapa sungai di kota ini nyatanya masih banyak ditemukan. Hal ini tentunya semakin menambah resiko banjir yang terjadi. Selain perbaikan drainase, tentunya kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan lingkungan perlu ditingkatkan agar mengurangi terjadinya banjir.
- Pencemaran bau tak sedap
Kota besar tentunya memiliki banyak industri yang tersebar di dalamnya, termasuk di Semarang. Kota ini mempunyai kawasan industri yang terletak di Ngaliyan bernama kawasan industri Candi. Ada beberapa pabrik di daerah tersebut. Salah satunya pabrik pakan ternak.
Pabrik ini menimbulkan limbah berupa bau yang tak sedap. Tentunya hal ini merusak lingkungan dan menyebabkan aktivitas pabrik lainnya terganggu. Seharusnya pemilik pabrik melakukan pencegahan tersebarnya bau tak sedap tersebut demi menjaga kelestarian lingkungan.
- Pencemaran Sungai
Bagi masyarakat Semarang yang hidup di bantaran sungai , sungai merupakan salah satu sumber kehidupan mereka. Selain di atas, aktivitas pabrik menyebabkan pencemaran di beberapa titik sungai di daerah Semarang. Sungai tak lagi jernih bahkan cenderung keruh dan menghitam. Hal ini diakibatkan oleh limbah industri yang dibuang ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu.
Kota Semarang terkenal sebagai Pesona Asia. Hindari segala bentuk kerusakan lingkungan, jangan sampai title tersebut lambat laut memudar.